LGOSUPER – Thailand Mengikuti Keruntuhan AS, Malaysia Muncul Sebagai Ikon Pariwisata Asia dengan Lonjakan Kedatangan
Thailand menyusul keruntuhan AS, Malaysia muncul sebagai ikon pariwisata Asia dengan lonjakan kedatangan wisatawan
Jumat, Juni 6, 2025

Pada tahun 2025, tren pariwisata global telah berubah drastis karena Thailand kehilangan kepemimpinannya yang telah lama dipegang di Asia, menggemakan keruntuhan yang lebih dalam dari industri pariwisata internasional AS — sementara Malaysia berlomba maju untuk merebut perhatian. Didorong oleh reformasi visa yang berani, rekor kedatangan, dan reputasi yang berkembang untuk keselamatan dan aksesibilitas, Malaysia tidak hanya melampaui Thailand dalam jumlah pengunjung asing tetapi juga telah menjauhkan diri dari tujuan-tujuan yang sedang berjuang seperti AS, di mana ketegangan politik dan menurunnya popularitas global telah mendorong jutaan wisatawan ke tempat lain.
Thailand Kehilangan Mahkotanya di Perlombaan Pariwisata Asia Tenggara

Thailand, yang selama ini dikenal sebagai permata pariwisata Asia Tenggara, kini telah turun dari posisi puncaknya — untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, telah disusul oleh negara tetangganya, Malaysia. Meskipun menyambut baik 9.55 juta wisatawan internasional pada kuartal pertama tahun 2025, kerajaan itu gagal memenuhi harapan, sehingga memicu kekhawatiran di industri pariwisatanya.
iklan
Selama beberapa dekade, Thailand telah menjadi pemimpin yang tak terbantahkan dalam menarik wisatawan ke wilayah tersebut, yang terkenal dengan pantainya, kehidupan malamnya, kuil-kuilnya, dan budaya jalanannya yang semarak. Namun, tahun 2025 menceritakan kisah yang berbeda. Sementara negara-negara lain mencetak rekor baru, angka kedatangan wisatawan Thailand tidak hanya stagnan — tetapi juga tertinggal.
Salah satu alasan utama di balik kemerosotan ini adalah meningkatnya masalah keamanan, terutama di kalangan wisatawan mancanegara. Citra negara tersebut tercoreng pada bulan Januari menyusul skandal penculikan aktor Tiongkok — sebuah kasus yang mendapat liputan luas di seluruh Asia dan menimbulkan ketidakpercayaan mendalam di kalangan wisatawan Tiongkok, pasar yang vital bagi ekonomi Thailand. Insiden itu, bersama dengan serangkaian peristiwa terkait keselamatan yang lebih kecil namun meresahkan, telah memicu keraguan dalam perjalanan dan mengalihkan wisatawan ke destinasi alternatif.
Meskipun Thailand tetap populer di atas kertas, negara ini menghadapi tantangan krisis reputasiSektor pariwisatanya, yang menyumbang hampir 20% terhadap PDB negara tersebut sebelum pandemi, kini berada di bawah tekanan untuk meyakinkan wisatawan dan membangun kembali kepercayaan. Orang dalam industri mengatakan persaingan lebih ketat dari sebelumnya — dan negara-negara seperti Malaysia memanfaatkan perubahan tersebut dengan kebijakan yang lebih cerdas dan citra yang lebih aman.
Pada tahun 2025, Thailand tidak lagi bergantung pada warisan. Negara ini tengah diuji. Dan kecuali reformasi berani dilakukan untuk mengatasi masalah keselamatan, persepsi publik, dan kepercayaan wisatawan, negara ini berisiko semakin tertinggal dalam persaingan yang pernah dipimpinnya dengan mudah.]
Thailand – Berusaha Mendapatkan Kembali Kilauannya
Bangkok
Bangkok masih menjadi salah satu kota tujuan wisata terbaik di Asia Tenggara, dan tetap menjadi surga belanja dan kiblat kuliner kaki lima. Namun, kekhawatiran tentang keselamatan wisatawan agak meredupkan daya tariknya pada tahun 2025. Pejabat pariwisata berfokus pada peningkatan kepercayaan wisatawan melalui keamanan dan infrastruktur yang lebih baik.
Phuket
Salah satu destinasi wisata di Thailand yang paling terdampak pascakrisis. Meski masih menarik banyak pengunjung, terutama dari Rusia dan India, Phuket mengalami penurunan jumlah kedatangan wisatawan dari Tiongkok. Pihak berwenang tengah meluncurkan inisiatif pariwisata baru yang berfokus pada kesehatan untuk mendiversifikasi daya tarik pulau tersebut.
Chiang Mai
Permata budaya utara Thailand ini telah mempertahankan sebagian basis wisatawan setianya, terutama para perantau digital dan wisatawan ekologi. Dengan cuaca yang lebih sejuk, kuil-kuil kuno, dan pegunungan yang indah, Chiang Mai tetap menjadi tempat yang menyegarkan — meskipun kota ini juga terpengaruh oleh kemerosotan ekonomi nasional.
Pattaya
Sebelumnya merupakan pusat hiburan malam, Pattaya mencoba mengubah citranya dengan tempat wisata yang ramah keluarga dan wisata kebugaran. Namun, insiden keselamatan di provinsi-provinsi terdekat telah membayangi rencana pemulihannya pada tahun 2025.
Amerika Serikat Hadapi Keruntuhan Pariwisata Internasional yang Semakin Dalam

Ketika Malaysia bangkit dan Thailand berjuang mempertahankan posisinya, Amerika Serikat mengalami keruntuhan yang jauh lebih dramatis — keruntuhan yang telah membuat sektor pariwisatanya terpuruk pada tahun 2025. Dulunya merupakan salah satu tujuan wisata teratas dunia, AS kini melihat semakin banyak wisatawan internasional yang menjauh.
Pada kuartal pertama tahun 2025, Jumlah kedatangan internasional ke AS turun sebesar 3.3% dari tahun ke tahun, dengan Maret saja mencatat penurunan sebesar 11.6% pada pelancong luar negeri. Dampaknya tidak hanya pada jumlah pengunjung, tetapi juga pada pengeluaran: Pengeluaran pengunjung internasional diperkirakan turun hingga di bawah $169 miliar tahun ini, turun dari $181 miliar pada tahun 2024. Menurut World Travel & Tourism Council, AS adalah satu-satunya negara di antara 184 disurvei akan mengalami penurunan pendapatan perjalanan masuk pada tahun 2025.
Inti dari penurunan tajam ini adalah gabungan dari ketegangan politik, kekhawatiran tentang keamanan, dan menurunnya dukungan global. kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih telah memicu kembali kritik internasional atas kebijakan imigrasi, ketatnya visa, dan hubungan luar negeri. Turis dari pasar utama — terutama Kanada, Jerman, dan Inggris — secara aktif menghindari AS
Salah satu respon yang paling terlihat datang dari Kanada, di mana sentimen publik telah berubah dengan cepat. boikot perjalanan ke AS telah terjadi, yang menyebabkan penurunan pemesanan tiket pesawat Kanada sebanyak 76% pada bulan Maret dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Di Eropa, polanya serupa: Jumlah kedatangan warga Jerman turun 28%, Sedangkan Inggris mencatat penurunan sebesar 18%.
Bagi negara yang pernah menerima lebih dari 80 juta wisatawan asing setiap tahunnya, angka-angka ini lebih dari sekadar tanda peringatan — angka-angka ini menandakan kegagalan struktural. Para pelancong tidak hanya menyebutkan iklim politik tetapi juga kekhawatiran lama tentang kekerasan senjata, perawatan kesehatan yang mahal, dan prosedur masuk yang rumit sebagai alasan untuk menghindari AS demi alternatif yang lebih aman dan lebih ramah.
Di saat negara-negara seperti Malaysia membuka pintu lebih lebar, AS tampaknya menutup pintu. Dan dalam ekonomi perjalanan global yang kompetitif, sikap seperti itu terbukti merugikan.
Amerika Serikat – Kehilangan Daya Tarik di Panggung Dunia
Kota New York
Masih menjadi kota impian, tetapi pada tahun 2025 jumlah pengunjung internasional menurun. Ketegangan politik dan hambatan masuk telah menurunkan permintaan. Broadway, Central Park, dan cakrawala ikonik tetap ada — tetapi begitu pula waktu tunggu visa yang panjang dan biaya perjalanan yang tinggi.
Los Angeles
Pariwisata di LA telah melambat secara signifikan, terutama setelah kebakaran hutan di California awal tahun ini dan masalah keamanan perkotaan yang terus berlanjut. Hollywood dan Santa Monica tetap menjadi tempat yang menarik, tetapi hunian hotel menurun, dan sebagian besar wisatawan Kanada menjauh dari sana.
Las Vegas
Salah satu dari sedikit kota di AS yang masih menarik lalu lintas internasional, berkat konvensi dan hiburan, tetapi jumlahnya telah menurun. Badan pariwisata mengalihkan fokus ke pasar non-tradisional karena jumlah pengunjung Eropa menyusut.
Orlando
Sebagai rumah bagi taman hiburan terkenal di dunia, Orlando masih menarik minat keluarga, tetapi kedatangan internasional telah melambat. Pelancong Kanada dan Amerika Latin adalah kunci pemulihan, tetapi ketidakpastian politik telah memengaruhi kepercayaan diri.
San Fransisco
San Francisco mengalami penurunan pariwisata Asia dan tantangan perkotaan internal. Meskipun sektor teknologinya tetap kuat, pemulihan pariwisata kota tersebut terhambat, terutama di pasar Eropa dan Kanada.
Malaysia Melaju Maju Sebagai Ikon Pariwisata Asia pada Tahun 2025
Ketika Thailand terpuruk dan Amerika Serikat mengalami keruntuhan, Malaysia sedang menulis ulang aturan kesuksesan pariwisata di AsiaDalam sebuah perubahan penting, negara tersebut menyambut 10.1 juta kedatangan internasional pada kuartal pertama tahun 2025, melampaui semua rekan regionalnya dan secara resmi menjadi Tujuan wisata yang paling banyak dikunjungi di Asia Tenggara tahun ini.
Peningkatan yang luar biasa ini tidak terjadi secara kebetulan — ini adalah hasil dari kebijakan pemerintah yang berani, diplomasi yang cerdas, dan pola pikir yang mengutamakan wisatawan. Salah satu pengubah permainan terbesar adalah Strategi pelonggaran visa Malaysia, yang secara langsung menargetkan dua pasar luar negeri terbesar di dunia: Cina dan India.
Wisatawan Tiongkok, yang telah lama menjadi sumber pendapatan utama bagi Asia Tenggara, telah menemukan pilihan yang lebih ramah di Malaysia. Keputusan pemerintah untuk memperpanjang pembebasan visa bagi warga negara Tiongkok setidaknya hingga tahun 2031, dengan kemungkinan perpanjangan hingga 2036, bersifat simbolis dan strategis. Kebijakan ini mengirimkan pesan: Malaysia terbuka, stabil, dan siap memimpin. Kebijakan ini sendiri telah memicu lonjakan pemesanan, terutama karena wisatawan Tiongkok semakin menghindari Thailand di tengah masalah keselamatan.
Namun Malaysia tidak berhenti di situ. Mereka juga memperluas akses bebas visa bagi warga negara India hingga tahun 2026, memanfaatkan salah satu pasar pariwisata luar negeri yang tumbuh paling cepat di dunia. Strategi visa bercabang dua ini telah memicu gelombang kedatangan baru, memberi Malaysia keuntungan besar atas para pesaingnya — dan tidak hanya di Asia Tenggara.
Selain kebijakan visa, Malaysia juga diuntungkan oleh reputasinya sebagai aman, terjangkau, dan kaya budaya destinasi. Wisatawan tertarik dengan kota-kotanya yang beragam, objek wisata alam, dan kulinernya — dan mereka tidak terhambat oleh birokrasi yang berbelit-belit atau anjuran perjalanan.
Saat negara-negara lain berjuang untuk bangkit pascapandemi, Malaysia telah melangkah maju dengan meningkatkan aksesibilitas, kenyamanan, dan hubungan internasional. Pendekatannya tidak hanya berhasil — tetapi juga menjadi penentu bagi seluruh kawasan.
Pada tahun 2025, Malaysia tidak lagi mengejar ketertinggalan. Negara ini memimpin — dan menunjukkan kepada negara-negara Asia lainnya seperti apa kepemimpinan pariwisata modern.
Malaysia – Ikon Pariwisata Baru Asia

Kuala Lumpur
Jantung Malaysia, KL memadukan gedung pencakar langit modern dengan warisan budaya yang mendalam. Menara Kembar Petronas mendominasi cakrawala, tetapi pesona sesungguhnya terletak pada perpaduan antara makanan kaki lima, pasar yang ramai, dan lingkungan multikultural seperti Brickfields dan Chinatown. Pada tahun 2025, KL akan diramaikan dengan banyaknya hotel yang dibuka dan dipenuhi wisatawan dari Tiongkok dan India yang memanfaatkan akses masuk bebas visa.
Penang
George Town, ibu kota kolonial Penang, adalah surga bagi para pencinta budaya. Dari jalanan yang dipenuhi karya seni hingga bangunan bersejarah dan kios-kios jajanan legendaris, kota ini terus menarik wisatawan yang menginginkan pengalaman yang lebih mendalam dan lebih santai di luar kehidupan kota.
Langkawi
Permata Malaysia bagi para pecinta pulau, Langkawi akan penuh sesak pada tahun 2025. Pantai berpasir putih, trekking di hutan, dan pusat perbelanjaan bebas bea menarik banyak pengunjung. Dengan bandara yang ditingkatkan dan lebih banyak penerbangan internasional langsung, kini tempat ini lebih mudah diakses daripada sebelumnya.
Kota Kinabalu
Di Pulau Kalimantan, KK berkembang pesat sebagai pusat wisata berbasis alam. Kaya akan keanekaragaman hayati, tempat menyelam, dan wisata hutan hujan, tempat ini wajib dikunjungi bagi wisatawan yang peduli lingkungan.
Peta Pariwisata Baru Mulai Terbentuk
Pergeseran arus pariwisata global pada tahun 2025 mengubah peta kepemimpinan perjalanan. Thailand, yang dulunya merupakan pusat kekuatan di Asia Tenggara, kini kesulitan untuk mempertahankan posisi kedua di tengah meningkatnya masalah keselamatan dan persaingan regional. Amerika Serikat, yang telah lama dianggap sebagai tujuan global teratas, menghadapi keruntuhan yang lebih dalam, kalah bersaing dengan negara-negara yang lebih gesit, terbuka, dan berfokus pada wisatawan. Sebaliknya, Malaysia telah muncul sebagai pelopor yang jelas — tidak hanya dalam jumlah, tetapi juga dalam strategi, visi, dan daya tarik global.
Seiring dengan berkurangnya hambatan visa dan berkembangnya persepsi, wisatawan memilih destinasi yang terasa mudah diakses dan aman. Kebangkitan Malaysia menjadi contoh bagaimana kebijakan cerdas dan keamanan yang konsisten dapat mengubah suatu negara menjadi ikon pariwisata. Sementara itu, kemunduran AS dan jatuhnya Thailand menjadi pengingat bahwa reputasi, kebijakan, dan kepercayaan publik lebih penting dari sebelumnya. Pada tahun 2025, yang penting bukan hanya memiliki objek wisata — tetapi juga siap menyambut dunia.
iklan